cover
Contact Name
Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Contact Email
satyawidyajsa@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sidiastawa3@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Satya Widya: Jurnal Studi Agama
ISSN : 26230534     EISSN : 26551454     DOI : -
Core Subject : Religion,
The Satya Widya Jurnal Studi Agama publishes current conceptual and research articles on religious studies using an interdisciplinary perspective, especially but not strictly within theology, anthropology of religion, sociology of religion, religious culture, religious education, religious politics, religious ethic,psychology of religion, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama" : 6 Documents clear
Komunikasi Massa Dalam Pariwisata Religi Hindu Ni Nyoman Ayu Wilantari
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.42

Abstract

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian informasi dari pemberi berita atau komunikator yang sarat akan lambang-lambang agar si penerima pesan atau komunikan bisa memahami maksud dan tujuan dari berita yang disampaikan tersebut. Berbagai era sudah di lalui manusia untuk melakukan komunikasi di dunia ini. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi massa, artinya komunikasi yang menggunakan media massa dan bisa juga diartikan komunikasi yang dilakukan dengan orang banyak. Komunikasi massa dalam Pariwisata Indonesia di era globalisasi berperan penting karena dengan adanya media massa maka pengembangan sektor pariwisata di Indonesia yang terdapat banyak hotel, restoran maupun sarana transportasi sebagai penunjang berjalannya roda perekonomian di sektor pariwisata dan bisa diakses dengan mudah. Dalam Wisata Religi, khususnya wisata religi Hindu maka produk-produk yang dapat ditawarkan antara lain produk perjalanan menuju Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Batur di Bali bagi umat Hindu yang berada di luar Pulau Bali. Produk wisata religi keluar negri yang dapat di tawarkan berupa perjalanan ke India, mengunjungi Sungai Gangga dan lain sebagainya.
Implikasi Peran Mandong Dayang Dalam Praktik Ritual Komunitas Dayak Lawangan Ervantia Restulita L. Sigai
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.44

Abstract

Peran mandong dayang merupakan realitas sosial budaya yang tak terpisahkan dari struktur sosial budaya komunitas etnis Dayak Lawangan yang beragama Hindu (Hindu Kaharingan). Peran penting mandong dayang sebagai pendamping dan membantu balian (pemimpin ritual) dalam praktik ritual. Hubungan balian dengan mandong dayang merupakan hubungan relasi kuasa dan otoritas religius. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana proses menjadi mandong dayang, dan implementasi perannya dalam praktik ritual komunitas Dayak Lawangan di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis masalah menggunakan teori kekuasaan dan pengetahuan Michael Foucault dan teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut modal simbolik seorang mandong dayang diperoleh melalui proses berguru. Proses belajar calon mandong dayang meliputi dua tahap yaitu: (1) berhayak dan (2) nyawit nginte. Peran mandong dayang memiliki fungsi vertikal terkait aspek ritual puja bakti kepada Juus Tuha Alah Tala dan fungsi horisontal terkait fungsi sosial di dalam pranata sosial masyarakat. Mandong dayang mendapatkan otoritas praktik ritual. Otoritas tersebut dalam bentuk kuasa pengetahuan atas prestise sebagai pembantu balian. Otoritas tersebut menjadikan mandong dayang sebagai agen pembertahanan sebuah praktik ritual.
Nilai-Nilai Pendidikan Hindu Dalam Upacara Perkawinan Hindu Kaharingan Dayak Ngaju Pranata Pranata
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.46

Abstract

Pendidikan adalah salah satu upaya yang berguna untuk mewariskan nilai, sebagai penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan bermasyarakat serta sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia dalam menghadapi tantangan zaman globalisasi yang akan membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Firman Ranying Hatalla merupakan pedoman bagi pemeluk agama Hindu Kaharingan apabila melaksanakan upacara perkawinan, maka haruslah berdasarkan pada Pelek Rujin Pangawin Nyai Endas Bulau Lisan Tingang dengan Raja Garing Hatungku, dengan melaksanakan Pelek Rujin Pangawin tersebut maka akan terciptalah kehidupan rumah tangga yang harmonis, bahagia dan sejahtera baik lahir maupun bathin. Khusus untuk upacara perkawinan umat Hindu Kaharingan yang merupakan suatu firman dari Ranying Hatalla Langit kepada umat Hindu Kaharingan untuk selalu dilaksanakan, maka kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikannya sehingga nilai-nilai pendidikan agama Hindu akan selalu melekat dan dipahami oleh seluruh generasi Hindu. Nilai-nilai pendidikan dalam upacara Perkawinan Umat Hindu Kaharingan di Kota Palangka Raya maka dapat digali berupa Nilai Kontruktif yaitu Nilai Religi dan Nilai Kebenaran, Nilai Positif yaitu Nilai-Nilai Positif dan Nilai-Nilai Kebaikan, Nilai Kognitif yaitu Nilai Pengetahuan yang terkandung dalam Upacara Perkawinan Umat Hindu Kaharingan dan bagaimana proses Transformasi nilai tersebut, Nilai Expresif yaitu nilai keindahan dan rasa bakti dalam upacara Perkawinan umat Hindu Kaharingan Dayak Ngaju.
Pendidikan Agama Hindu Sebagai Dasar Dalam Pembentukan Karakter Ni Wayan Ramini Santika
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.47

Abstract

Kemajuan IPTEK cenderung menimbulkan perbedaan pandangan antara generasi tua dan generasi muda. Oleh karena itu mempelajari orientasi nilai pada kalangan remaja dan peserta didik, khususnya sikap keberagamannya tentulah penting dilakukan. Pembinaan generasi muda sebagai generasi penerus adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat bangsa dan negara. Dengan Pendidikan Agama Hindu dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran Agama Hindu sehingga terbentuknya budhi pekerti yang luhur dan berakhlak yang mulia. Individu yang memiliki karakter mulia yaitu individu yang memiliki potensi diri seperti yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri, rasional, logis, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, sabar, rela berkorban, berpikir positif, disiplin, bersemangat, dinamis, produktif. Di dalam kitab suci Bhagavadgita dinyatakan ada dua kecendrungan yang mempengaruhi karakter manusia, yaitu sifat-sifat ke-devata-an (daivi sampat) dan sifat-sifat keraksasaan (asuri sampat). Kedua kecendrungan ini secara langsung atau pun tidak langsung akan membentuk karakter manusia.
Internalisasi Pendidikan Karakter Hindu Melalui Pembelajaran Bhagavad Gita Digital di Pasraman Gopisvara Buleleng I Made Bagus Andi Purnomo
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.48

Abstract

Masalah karakter generasi muda kini mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak. Mulai dari menurunnya nilai etika dan moral, hingga semakin bertambahnya masalah pergaulan bebas. Terlebih lagi, Bali dikenal sebagai kawasan wisata, di mana orang-orang muda sangat dekat dengan perkembangan zaman dan modernisasi yang cepat. Di sisi lain, sayangnya, pendidikan agama yang ditujukan pada generasi muda umat Hindu di Bali dianggap sangat rendah. Porsi pelajaran agama di sekolah masih sangat terbatas sehingga diperlukan peningkatan pemahaman agama melalui pola pasraman non-formal yang fokus pada pendidikan karakter. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk menginternalisasi pendidikan karakter Hindu melalui pembelajaran Bhagavad Gita Berbasis Digital di Pasraman Gopisvara Buleleng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan rasionalistik. Sementara itu, data dicari melalui survei primer dan sekunder dengan tinjauan studi literatur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling untuk mendapatkan responden yang kompeten atau berpengaruh. Tujuan diperoleh dengan menggunakan metode/metode analisis stakeholder.
Memaknai בָּלַל (Bȃlal) dan פָּצַץ (Patsats) Kejadian 11:1-9 Dalam Konteks Multikultural di Indonesia Merilyn Merilyn
Satya Widya: Jurnal Studi Agama Vol 1 No 2 (2018): Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/swjsa.v1i2.49

Abstract

Melalui pendekatan eksegetikal, teks kejadian 11:1-9 diharapkan mampu membawa nilai yang bermanfaat untuk konteks multikultural Indonesia saat ini. Fokus penafsiran yang didekonstruksi adalah dua kata Ibrani pada ayat 7 dan 8, yakni dua kata kunci בָּלַל (bȃlal) berarti “untuk mencampur”, “membaur”, “membingungkan” dan פָּצַץ (poots), berarti “disebarkan” atau “diserakkan” yang mana Allah berperan sebagai subyek yang bertindak “menyebarkan”/”menyerakkan”. Kekacauan bahasa telah memutuskan komunikasi sehingga terasing satu sama lain. Mereka memutuskan untuk berpisah (baca: berserak). Multikultural di Indonesia mengalami ambiguitas. Secara harfiah, rakyat Indonesia sudah tersebar/terserak dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang yang sangat beragam. Secara harfiah pula, בָּלַל (bȃlal) dan פָּצַץ (patsats) sudah tergambar dalam identitas Indonesia. Namun nilai dan spiritnya belum dihidupkan secara maksimal dalam sanubari dan semangat berbangsa dan bernegara. Sesungguhnya spirit ini ada di dalam nilai-nilai Pancasila. Spirit בָּלַל (bȃlal) dan פָּצַץ (patsats) yang terkandung di dalam nilai-nilai Pancasila dan yang dihidupi secara konstan akan mentranformasikan masyarakat dan bangsa sehingga pada gilirannya menolongnya memahami diri dan tanggung jawab di tengah keragaman.

Page 1 of 1 | Total Record : 6